Tokoh masyarakat Kartasura, Djuyamto, menyerahkan wayang kepada dalang cilik Ki Fathan Assegaf Putra dalam acara halal bihalal dan peresmian Kyai Wanakerta senagai ikon budaya Kartasura.Foto:iNews/ Nanang SN
Sementara, Ketua Panitia Halal Bihalal KRAT Suratno menjelaskan, acara halal bihalal dengan pentas wayang kulit sekaligus peresmian Kyai Wanakerta sebagai ikon budaya Kartasura melibatkan seluruh unsur dan elemen masyarakat yang ada di Kartasura.
"Meliputi organisasi masyarakat, instansi, dan komunitas. Kurang lebih sekira 95 elemen dan komunitas, mereka hadir menjadi satu. Jadi acara ini sangat luar biasa karena melibatkan semua unsur warga yang ada di Kartasura. Kami saling bersinergi menjadi satu kesatuan," ungkapnya.
Menyinggung tentang pentas wayang kulit dengan dalang cilik, ia menjelaskan, merupakan penegas unsur budaya yang ada di Kartasura dimana gamelan Kyai Wanakerta koleksi Djuyamto yang selama ini hampir tidak pernah dimainkan, untuk kali pertama berbunyi dengan para pengrawit atau penabuhnya adalah warga Kartasura sendiri terdiri mayoritas anak muda.
"Ada lima dalang cilik yang memainkan dua lakon (cerita-Red), yaitu "Gatotkaca Lahir" dimainkan secara marathon oleh empat dalang cilik, dan satu lakon "Anoman Duta atau Anoman Obong" yang dimainkan oleh satu dalang cilik Ki Fathan Assegaf Putra. Selain itu juga ada sinden ciliknya. Total keseluruhan, dalang cilik dan sinden cilik ada 12," pungkas Suratno.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait