Setelah tradisi pecutan, acara dilanjutkan dengan inti Sedekah Bumi yaitu doa dan saling berebut dua gunungan hasil bumi yang telah diarak mengelilingi desa. Warga yang tidak sabar menunggu pembacaan doa selesai langsung berlari dan menyerbu dua gunungan tersebut.
Beberapa warga kecewa karena tidak mendapatkan hasil gunungan, sementara lainnya, termasuk anak-anak, mengais sisa-sisa gunungan yang telah rusak dan terinjak-injak.
Seluruh hasil bumi yang diperoleh akan dibawa pulang dan dimasak bersama. Sisa-sisa hasil bumi akan digunakan sebagai makanan ternak serta disebar di sawah. Warga berharap dengan memperoleh gunungan ini, seluruh keluarga akan selalu diberi kesehatan serta hasil ternak dan pertanian yang melimpah.
Dalam tradisi Sedekah Bumi kali ini, seluruh kepala keluarga diwajibkan membawa seserahan hasil bumi serta ingkung atau ayam panggang.
Seluruh seserahan ini kemudian dicampur dan dibagikan kembali ke warga sehingga mereka sama-sama menikmati seluruh hasil kerja dan masakan masing-masing kepala keluarga.
Tradisi unik ini tidak hanya menunjukkan rasa syukur warga terhadap hasil bumi, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di antara mereka.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait