SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Pasca pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 di Kabupaten Sukoharjo, sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) telah mengunggah hasil penghitungan suara di laman pilkada2024.kpu.go.id, dan hasilnya untuk pemilihan bupati dan wakil bupati cukup mengejutkan.
Meskipun belum 100%, namun beberapa TPS, terutama kecamatan wilayah Sukoharjo bagian utara yaitu Kartasura, Grogol, dan Mojolaban, kotak kosong atau kolom kosong nomor urut 02 unggul melawan pasangan calon (paslon) Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo nomor urut 01 yang diusung seluruh parpol pemilik 45 kursi legislatif.
Mantan anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sukoharjo, Muladi Wibowo, menanggapi hasil sementara perolehan suara pemilihan bupati dan wakil bupati yang dipastikan tidak mencapai target kemenangan 85% untuk Etik- Sapto mengatakan, ada beberapa faktor penyebab perolehan suara tidak linier dengan jumlah peroleh suara parpol pada Pemilu dan Pileg 2024 lalu.
"Hal ini menunjukkan ada kemungkinan, salah satunya bahwa masyarakat Sukoharjo sekarang secara substantif sangat memahami tentang esensi demokarsi yaitu, hak untuk memilih dan dipilih," kata Muladi, Rabu (27/11/2024).
Menurut Muladi, bagi mereka yang memilih kotak kosong bisa jadi sangat menaruh harapan akan adanya Pilkada ulang di tahun 2025. Artinya, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian warga Sukoharjo ada yang menginginkan kandidat atau calon lain diluar paslon Etik-Sapto.
"Dapat juga di artikan, bahwa warga Sukoharjo ada yang tidak setuju apabila Bu Etik kembali memimpin sebagai bupati. Ini simpel saja, berapapun persentasi hasil akhir rekapitulasi suara menunjukkan bahwa mereka tidak mendukung Bu Etik. Tegasnya begini, misalnya kotak kosong nanti hasil akhirnya mendapat 30%, ya sebanyak itulah yang tidak setuju," terangnya.
Muladi yang juga seorang aktivis KAHMI Sukoharjo itu berpendapat, tidak maksimalnya perolehan suara paslon Etik-Sapto juga ada kemungkinan karena faktor percaya diri yang berlebihan sehingga kampanye dialogis yang diharapkan oleh masyarakat calon pemilih, hampir tidak terdengar ada gaungnya.
"Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa daerah Sukoharjo bagian selatan (Nguter, Bulu, dan Weru) yang kotak kosongnya tidak menang terus dikatakan tidak demokratis. Tapi secara garis besar dapat dikatakan bahwa wilayah perkotaan (Sukoharjo utara-Red) memang memiliki ruang demokrasi, dialektika, dan informasi yang lebih besar, serta ruang diskusi yang lebih masif," imbuhnya.
Editor : Joko Piroso