Peristiwa dimaksud adalah kedatangan Tjong Ping dan rombongan yang memaksa melakukan puak pwee sekaligus ikrar pengurus-penilik terpilih di depan altar setelah pemilihan.
Alim juga mengutip rekaman pernyataan lisan Tjong Ping yang siap mati asal kelenteng tidak diambil orang Surabaya.
"Ini bicara apa kok bilang asal tidak diambil orang surabaya? Kapan orang surabaya mengambil kelenteng?" bantah pria bernama keturunan Liem Tjeng Gie itu.
Alim memastikan, selamanya pengelola Surabaya tidak pernah mengambil alih kelenteng. Justru umat Tuban yang meminta tolong mereka untuk mendamaikan dan membantu manajemennya. "Bukan dibolak-balik menjelekkan. Ini bahaya menjelekkan orang," ujarnya.
Ia menyebut kata-kata Tjong Ping sangat merendahkan orang dan menghina. Karena itu, Alim mengatakan bahwa yang bersangkutan harus belajar sopan santun dan etika. Apalagi, di tempat ibadah dan kepada orang yang sudah diminta bantuannya mendamaikan kelenteng.
"Tuduhan (mengambil alih kelenteng) dan fitnah tersebut sangat tidak baik. Terlebih, dia (Tjong Ping-Red) jadi panutan di tempat ibadah," tandasnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait