SRAGEN, iNewsSragen.id - Di tengah meluasnya krisis air bersih yang menimpa puluhan desa di Jawa Tengah, termasuk wilayah Sragen saat kemarau panjang, Pemerintah Kabupaten Sragen justru menaruh perhatian besar pada revitalisasi tradisi Merti Umbul. Agenda yang digelar di Sendang Butuh, Desa Wonorejo, Kalijambe, pada Minggu (7/12), digadang sebagai upaya pelestarian budaya Jawa sekaligus kampanye untuk menjaga mata air.
Prosesi Merti Umbul diklaim bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga sumber air. Namun pertanyaan kritis muncul: apakah upaya berbasis tradisi ini cukup substansial untuk menahan laju kerusakan ekosistem yang menyebabkan krisis air? Alih-alih fokus pada penguatan kebijakan konservasi dan rehabilitasi lingkungan, langkah ini dinilai sebagian kalangan lebih mengarah pada pertunjukan budaya yang sarat atraksi.
Meski terdapat aksi bersih sendang hingga penanaman pohon bersama warga dan karang taruna, kegiatan dinilai akan berakhir seremonial apabila tidak diikuti kebijakan anggaran, pengawasan, dan penegakan hukum terhadap penebangan dan eksploitasi lingkungan yang merusak sumber air. Pertanyaan publik pun mengemuka: mampukah satu hari seremoni menebus kerusakan bertahun-tahun?
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen, Johny Adhi Aryawan, menegaskan bahwa Merti Umbul merupakan bagian dari pelestarian nilai-nilai budaya Jawa (Jagad Jawa) yang mulai tergerus. "Tradisi ini mengingatkan keseimbangan hubungan manusia dengan alam," ujarnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait
