get app
inews
Aa Read Next : Penyanyi Dandut Lesti Kejora Alami KDRT Laporkan Suami ke Polisi

Sejarah Sepeninggalan Anusapati, Wisnuwardhana Satukan Kerajaan Singasari dan Kediri

Minggu, 25 September 2022 | 17:11 WIB
header img
Ilustrasi peninggalan Kerajaan Singasari. (Foto: Kemdikbudristek)

MALANG, iNewsSragen.idBerawal dari terbunuhnya Ken Arok atau Sri Rajasa Sang Amurwabhumi pada 1227, Kerajaan Tumapel akhirnya pecah menjadi dua. Daha yang menjadi kota kedua setelah Kutaraja Ibu kota Tumapel menjadi pembelot ke Tumapel. Akibatnya,  perseturuan antara Daha yang dikenal Kediri dengan Tumapel, Kerajaan Singasari pecah. Pecahnya Kerajaan Singasari ini juga diwarnai dengan intrik perang saudara di internal Kerajaan Tumapel juga melanggengkan pecahnya Singasari.

Ditulis Slamet Muljana dalam buku "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", saat itu Daha di bawah kekuasaan Bhatara Parameswara atau Mahisa Wonga Teleng tak mau tunduk kepada Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati. Bahkan saudara-saudara Mahisa Wonga Teleng atau Bhatara Parameswara juga turut membelot dan membela Mahisa Wonga Teleng. Prasasti Mula Malurung menyatakan, Guning Bhaya dan Tohjaya, kemudian berturut-turut menggantikan Mahisa Wonga Teleng.
Sepeninggal Tohjaya yang berkuasa di Kediri, kedua kerajaan ini akhirnya berhasil disatukan oleh Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat sejak 19 September 1248. Konon, penyatuan kedua kerajaan ini dibantu oleh Mahisa Cempaka dan Ranggawuni yang dalam Pararaton ternyata sebagai Sang Pamegat di Ranu Kebayan.

Berkat dukungan para pembesar lainnya di Kerajaan Kediri, Wisnuwardhana berhasil kembali menggabungkan Kediri dengan Tumapel yang telah dikuasai sepeninggalan Anusapati pada 1248. Selanjutnya, Sang Mapanji Patipati mengabdi kepada Sri Kertanagara, yang sejak 1254 menurut Nagarakretagama diangkat sebagai raja di daerah Kediri. Nama Ranggawuni tidak pernah disebut pada Prasasti Maribong dan Prasasti Mula Malurung. Pada kedua prasasti ini yang disebut ialah nama Seminingrat.
Pada Prasasti Maribong jelas nama Jayawisnuwardhana adalah abhiseka. Sang Mapanji Seminingrat jelas adalah garbhopati Jayawisnuwardhana. Namun tidak diketahui penggubah Pararaton hingga memperoleh nama Ranggawuni. Kebalikannya nama Seminingrat tidak pernah disebut dalam Pararaton. Tetapi Pararaton menyajikan cerita panjang tentang persekutuan Ranggawuni dan Mahisa Campaka, putra Mahisa Wonga Teleng.

Foto: Dok.iNews.id

Setelah berhasil mengalahkan Tohjaya, yang kemudian menyingkir ke Katang Lumbang, Ranggawuni lantas naik tahta di Kerajaan Tumapel, dengan mengambil nama abhiseka Wisnuwardhana. Sedangkan Mahisa Campaka dijadikan ratu angabhaya bergelar Narasinga. Namun uraian Pararaton oleh Slamet Muljana pada bukunya disebut tak bisa dibenarkan, karena ternyata Nararya Tohjaya bukan raja di Tumapel, tetapi untuk memperebutkan kekuasaan di Kediri. Prasasti Mula Malurung sama sekali tidak menyinggung adanya pemberontakan terhadap Nararya Tohjaya.
Pararaton menyebutkan Tohjaya mangkat pada tahun saka 1172 atau sekitar 1250 Masehi, dan dicandikan di Katang Lumbang. Oleh karena penyatuan Kediri dan Tumapel berlangsung sepeninggal Nararya Tohjaya, maka peristiwa itu berlangsung sesudah 1250.

Artikel ini telah tayang di jatim.inews.id dengan judul " Kisah Wisnuwardhana Satukan Kerajaan Singasari dan Kediri Sepeninggalan Anusapati ",.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut