SIDOHARJO, iNewsSragen.id - Museum Mpu Tantular di Jalan Raya Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, adalah salah satu destinasi wisata yang populer di kalangan pengunjung saat liburan.
Museum ini memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari pendirian oleh Godfried Hariowald Von Faber, seorang kolektor asal Jerman yang menetap di Surabaya. Pembukaan resmi museum ini dilakukan pada 25 Juni 1937.
Sejak 1 November 1974, Museum Mpu Tantular dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Museum ini menjadi tempat penyimpanan berbagai benda bersejarah serta menjadi tempat studi dan rekreasi.
Kepala UPT Museum Negeri Mpu Tantular Sadari melalui pemandu Dwi Margono menambahkan selain koleksi Badong, juga ada koleksi sepeda motor uap buatan G.Daimler – Jerman 1834.
Suyatno pemandu wisata.Foto:iNews/Joko P
Suyatno, pemandu wisata menyebutkan, museum itu menyimpan benda-benda bernilai sejarah secara umum, serta sebagai tempat studi dan rekreasi. Jumlah pengunjung relatif banyak, tapi tidak membeludak.
Wisatawan Museum Mpu Tantular.Foto:iNews/Joko P
Salah satu koleksi istimewa di museum ini adalah perhiasan Garudeya, yang terbuat dari emas 22 karat dengan berat 1.163 gram dan dihiasi dengan 48 batu permata.
Meskipun memiliki nilai yang sangat tinggi, perhiasan ini tidak akan dijual karena merupakan peninggalan sejarah. Oleh karena itu, koleksi ini disimpan di ruang khusus dengan pengaman jeruji besi dan pintu baja setebal 15 cm.
Perhiasan Garudeya ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, diperkirakan berasal dari abad ke-11 Masehi pada masa kerajaan Kahuripan Airlangga. Dipakai oleh Petinggi Kerajaan dengan cara dikalungkan di dada, hingga ujungnya menjuntai sampai atas perut.
Artefak emas ini ditemukan oleh Seger, seorang petani dari Warga Plaosan, Wates, Kediri pada tahun 1989.
Mengambil nama Museum Mpu Tantular merupakan penghormatan kepada pujangga Jawa Timur yang terkenal dengan karyanya, Kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma.
Museum ini juga memiliki koleksi lainnya seperti sepeda motor uap buatan G.Daimler dari Jerman tahun 1834, serta koleksi lainnya seperti Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika, Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa, dan Teknologika. Harga tiket masuk museum ini terjangkau, hanya Rp 4.000, dan museum tetap buka kecuali hari Senin.
Editor : Joko Piroso