Penyerahan cek senilai 6 juta gulden kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta adalah salah satu contoh nyata dari dukungan finansial Sultan untuk pemerintah. Ini memberikan modal awal yang sangat penting bagi Republik Indonesia untuk melanjutkan perjuangan dan pembangunan negara.
Sikap jujur dan integritas Sultan HB IX sangat terlihat dalam keputusan beliau untuk tidak bersedia dicalonkan sebagai Wakil Presiden periode 1978-1983. Mengingat gejala korupsi dan kolusi yang mulai muncul di pemerintahan saat itu, Sultan memilih untuk tetap berada di luar arena politik praktis untuk menjaga reputasinya dan menghindari keterlibatan dalam praktik-praktik korupsi.
Warisan Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah contoh teladan bagi masyarakat Yogyakarta dan seluruh Indonesia. Sikap kenegarawanannya, yang tercermin dalam pengorbanan pribadi dan kontribusinya untuk negara, menjadi simbol dari komitmen dan dedikasi untuk kepentingan bangsa.
Ajaran Jawa "Aja cedhak kebo gupak" yang berarti "Jangan mendekati kerbau yang kotor oleh lumpur" menggambarkan prinsip etika dan moral yang beliau pegang teguh, serta mencerminkan kepedulian beliau terhadap integritas dan kebersihan dalam pemerintahan.
Sri Sultan HB IX tidak hanya dikenang sebagai pemimpin yang bijaksana dan dermawan, tetapi juga sebagai figur penting yang berperan krusial dalam menjaga kedaulatan dan kesatuan Republik Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan.
Editor : Joko Piroso