SRAGEN, iNewsSragen.id - Peristiwa terganggunya pekerjaan pembangunan Jembatan Butuh yang diterjang arus Bengawan Solo menjadi sorotan publik, terutama karena proyek ini menghubungkan Kecamatan Masaran dan Plupuh yang kini terancam terlambat.
Mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto, menyayangkan perencanaan dan teknik pembangunan jembatan yang tidak mengantisipasi musim hujan.
Ia menilai proyek ini, yang menyerap anggaran APBD Sragen yang cukup besar, seharusnya sudah selesai sebelum musim hujan datang.
Tatag mengungkapkan bahwa tahap kedua pembangunan jembatan ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 14 miliar, sementara tahap pertama (untuk abutment) mencapai sekitar Rp 6 miliar.
Ia bahkan membandingkan biaya ini dengan pembangunan jembatan Pangeran Samudro Gunung Kemukus yang dinilai lebih murah.
“Tahap kedua ini sekitar Rp 14 miliar, belum abutment tahap pertama itu sekitar Rp 6 miliar. Ini lebih mahal daripada jembatan Pangeran Samudro Gunung Kemukus,” ujar Tatag, Kamis (14/11/2024).
Mantan Sekda tersebut juga meragukan klaim Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen yang menyatakan progres pembangunan telah mencapai 70 persen. Menurutnya, progres sebenarnya baru sekitar 40-50 persen.
Ia mendesak agar dinas terkait melibatkan Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengawasi jalannya proyek ini agar kontraktor tidak kabur dan proyek tidak terlantar.
“Sulit kalau sampai kontraktor kabur, paling di-blacklist. Melihat pencairan anggaran sudah cukup besar, harus lebih ketat. Kontraktor harus ada di lokasi, libatkan polisi bawa borgol untuk memastikan tidak kabur,” ujar Tatag.
Editor : Joko Piroso