Ketua FKPSS, Heru Agus Santosa, menyatakan bahwa festival ini merupakan upaya mempererat hubungan antarperguruan, yang sebelumnya sempat diwarnai konflik. Dengan lebih dari 100.000 anggota dari 16 perguruan, kerukunan menjadi kunci untuk menciptakan Sragen yang harmonis.
"Pendekatan budaya melalui festival ini sangat efektif. Konflik antarperguruan kini hanya berupa pernik kecil yang mudah diantisipasi, berbeda dari beberapa tahun lalu," ungkap Heru.
Ia juga mengungkapkan bahwa tema Jaka Tingkir dipilih karena mengandung unsur historis. Lokasi-lokasi seperti Dukuh Butuh, tempat tinggal Ki Ageng Butuh, dan Kedung Srengenge, lokasi pertarungan legendaris Jaka Tingkir dengan prajurit buaya, menjadi bagian penting dari sejarah Sragen.
Dalam tiga tahun penyelenggaraannya, Festival Rampak Silat telah menampilkan tema-tema menarik, seperti kisah Pangeran Mangkubumi di tahun sebelumnya, hingga keberagaman perguruan silat di Sragen. Tahun ini, festival kembali menegaskan pentingnya pendekatan budaya untuk menciptakan harmoni.
Dengan keberhasilan acara ini, FKPSS berharap pencak silat dapat terus menjadi jembatan persatuan di Sragen, sekaligus melestarikan warisan leluhur. Sragen kini memantapkan diri sebagai salah satu pusat kebudayaan pencak silat di Indonesia.
Editor : Joko Piroso