Warisan Gibran, Harga Tiket Masuk Solo Safari Bikin Warga Sulit Bahagia
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/10/05cf4_taman-safari.jpg)
SOLO,iNewsSragen.id - Solo Safari yang merupakan revitalisasi dari Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) warisan Gibran Rakabuming Raka semasa jadi walikota, harga tiketnya semakin mahal untuk ukuran Kota Solo yang tingkat kemiskinan dan pengangguran warganya masih tinggi.
Keberadaan tempat wisata yang diproyeksikan juga sebagai tempat edukasi satwa itu telah membuat harga bahagia warga Solo semakin mahal. Harga tiket masuknya sangat mahal jika diukur dari kemampuan ekonomi rata - rata warga Kota Bengawan.
Proyek kerjasama dengan Taman Safari Group tersebut, pada awalnya dijanjikan dengan penampilan baru lebih modern dan wahana berbeda. Namun faktanya, kondisi tempat wisata yang menempati lahan sekira 14 hektar itu masih terkesan biasa saja, dengan kata lain tidak sebanding dengan mahalnya harga tiket masuk.
Seperti disampaikan tokoh masyarakat Kota Solo, BRM Kusumo Putro, yang baru saja berkunjung kesana, bahwa Solo Safari bukan tempat wisata yang ramah bagi kantong warga Solo yang berpenghasilan rata-rata masih standar Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK).
"Solo Safari ini kan di gadang-gadang oleh walikota sebelumnya (Gibran-Red) menjadi tempat wisata berstandar internasional melebihi Jatim Park, sehingga diprediksi jumlah pengunjungnya akan naik. Tapi kenyataannya warga Solo sendiri sulit menjangkau harga tiketnya," kata Kusumo, Senin (10/2/2025).
Proyek revitalisasi TSTJ tersebut, menurut Kusumo di awal pembangunannya telah banyak mengorbankan ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sudah lama mengais rejeki dengan berjualan disana. Sekarang mereka tergusur tanpa ada kejelasan nasib dan kelangsungan usahanya terhenti.
"Ada sekira 120 lebih PKL yang semula ada disana. Mereka ini pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang sekarang nasibnya tidak jelas karena tidak ada kepastian apakah masih diperbolehkan berjualan di Solo Safari. Tapi kalau saya lihat, rasanya sulit," ucapnya.
Editor : Joko Piroso