get app
inews
Aa Text
Read Next : Mandi Susu di Jalan, Cara Peternak Sapi Perah di Boyolali Protes Kebijakan Pemerintah

Pemerintah Turunkan Harga Pupuk 20 Persen, Program PRLB Pemkab Ngawi Terancam Kandas

Rabu, 29 Oktober 2025 | 16:31 WIB
header img
Kegiatan Poktan Sri Asih desa Jambangan kecamatan Paron secara kolektif membuat pupuk organik untuk menjaga kualitas tanah mengurangi ketergantungan pupuk kimia.Foto:iNews/Asfi Manar

NGAWI, iNewsSragen.id - Kebijakan pemerintah menurunkan harga pupuk hingga 20 persen membawa ancaman bagi keberlangsungan kampanye pengolahan tanah  pertaniaan organik yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi.

Pasalnya kebijakan tersebut dikwatirkan akan mempengaruhi para petani kembali ke pola pikir lama untuk kembali menggunakan pupuk kimia secara berlebihan dalan meningkatkan produktifitas panen padinya.

Padahal selama tiga tahun terakhir Pemkab Ngawi secara masif mengkampanyekan penggunaan pupuk organik guna menghindari kerusakan tanah akibat ketergantungan pupuk kimia, melaui program Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan (PRLB) yang telah dijalankan sejak 2021.

Program PRLB digagas untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia sintetis, sekaligus memperbaiki kondisi tanah pertanian. Petani diajak memproduksi pupuk serta pestisida organik secara mandiri guna memperkuat kemandirian dan kedaulatan pangan lokal.

Sellain karena itu. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, M Hasan Zunairi, mengatakan PRLB awalnya menjadi solusi atas keterbatasan pupuk bersubsidi.

“Berdasarkan hasil laboratorium, kondisi tanah di Ngawi waktu itu sudah tidak baik-baik saja. Maka diperlukan terobosan agar kesuburan bisa dikembalikan,” ujar Hasan, Selasa (28/10/2025).

Sejak diperkenalkan, luas lahan PRLB di Ngawi terus meningkat, dari 718 hektare pada 2021 menjadi 20.217 hektare pada 2025. Produksi gabah kering giling (GKG) dari lahan PRLB juga mencapai 140.912,49 ton dengan provitas 6,97 ton per hektare, meningkat konsisten setiap tahun.

Namun, dengan harga pupuk kimia yang kini turun 20 persen, Hasan mengakui ada tantangan baru dalam mempertahankan semangat petani menerapkan sistem ramah lingkungan.

“Kondisi ini tentu berdampak pada PRLB. Tapi tujuan utama PRLB adalah perbaikan tanah, jadi meski petani kembali memakai pupuk kimia, unsur organik tetap harus digunakan,” tegasnya.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut