Memetri Punden Kanjeng Nyai Pocung, Tradisi Napak Tilas Putri Kerajaan Pajajaran di Sukoharjo

Nanang SN
Warga kampung Tempuran, Bulakan, Sukoharjo makan bersama dalam acara tradisi Memetri Punden Kanjeng Nyai Pocung. (Foto: iNews/ Nanang SN)

SUKOHARJO, iNewsSragen.id - Dua tahun sempat terhenti lantaran pandemi Covid-19, tradisi Memetri Punden Kanjeng Nyai Pocung oleh warga Kampung Tempuran, Bulakan, Sukoharjo, kembali diselenggarakan pada, Minggu (30/7/2023).

Tradisi merawat tempat yang sangat dihormati itu sudah turun temurun dilakukan sejak sekira tahun 1937. Warga tua muda, laki-laki perempuan berkumpul berdo'a dan makan bersama dari bekal yang dibawa masing - masing. Semua duduk beralaskan tikar di bawah rerimbunan pohon.

Pepohonan di lokasi punden itu diyakini sudah ada sejak ratusan tahun silam. Beberapa yang masih tersisa adalah randu alas, besole, mundu, dan ada satu yang dinilai memiliki aura spiritual yaitu pohon jambu air. Pohon jambu itu telah roboh namun akar dan batangnya masih tertanam di tanah.  

Konon ditempat itu, dahulu pernah disinggahi seorang putri raja dari Kerajaan Pajajaran yang naik rakit dikawal tiga orang abdi mengikuti arus sungai Bengawan Solo. Sang putri yang tidak boleh disebut namanya itu, pergi meninggalkan kerajaan karena menolak dinikahkan.

Tiga abdi yang mengawal putri raja tersebut, masing - masing diceritakan memiliki keahlian. Ada yang ahli bercocok tanam, ahli kanuragan atau bela diri, dan pujangga. 

Rombongan sang putri terhenti lantaran rakitnya tersangkut pohon pocung dan kepoh. Dan, pohon yang membuat rakit putri itu tersangkut kemudian dijadikan nama tempat itu, yakni Punden Kanjeng Nyai Pocung. 

Editor : Sugiyanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network