Seiring waktu berjalan, punden itu memiliki banyak cerita mistis. Diantaranya pada jaman perang kemerdekaan pernah dijadikan tempat persembunyian pejuang dari kejaran tentara Belanda. Banyaknya akar pohon berdiameter besar membuat siapa saja yang berada di sana menjadi tidak terlihat.
Bahkan, pada jaman perang kemerdekaan itu, Punden Kanjeng Nyai Pocung juga menjadi tempat aman untuk berlindung dari hujan peluru dan mortir tentara Belanda. Meskipun ada mortir jatuh tapi anehnya tidak sampai meledak.
Hal itu diceritakan Sabar Satoto (60), salah satu tokoh masyarakat Kampung Tempuran yang mengaku masih menyimpan catatan tentang asal usul tradisi memetri punden beserta sejarahnya.
"Tempat ini berulang kali menyelamatkan warga dari gempuran tentara Belanda. Bahkan pada saat Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh ) semua warga yang laki-laki berhasil selamat dari pembantaian PKI karena bersembunyi disini," papar Sabar.
Atas berbagai peristiwa sejarah yang dialami warga tersebut, maka tradisi syukuran atau memetri punden mulai diselenggarakan. Tepatnya dimulai setelah perang dengan Belanda berakhir.
"Tempat ini juga banyak didatangi warga dari berbagai daerah yang mau melakukan ritual tirakat. Tapi bagi yang mau cari pesugihan tidak bisa di sini. Yang datang kesini berdo'a minta keturunan (anak-Red) juga ada," ungkap Sabar.
Editor : Sugiyanto
Artikel Terkait