Jenazah Dosen UIN RM Said Dibawa Pulang ke Mataram, Polisi Diminta Ungkap Sebab Kematiannya

Nanang SN
Sejumlah kerabat dan jajaran kampus UIN Raden Mas Said Surakarta melepas keberangkatan jenazah Wahyu Dian Silviani, salah satu dosen FEBI yang meninggal secara tak wajar, diduga menjadi korban penganiayaan.Foto:iNews/ Nanang SN

SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Keluarga almarhumah Wahyu Dian Silviani (34) asal Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta pihak kepolisian mengusut tuntas dan mengungkap penyebab kematian korban yang ditemukan tewas dengan luka diduga karena penganiayaan.

Hal itu disampaikan oleh ayah korban, Moh Hasil Tamzil saat menjemput jenazah putri sulungnya itu di kampus UIN Raden Mas Said, yang selanjutnya dibawa pulang untuk dimakamkan di kampung halamannya di Mataram, NTB.

Jenazah Dian yang merupakan Dosen UIN Raden Mas Said sebelum diberangkatkan terlebih dulu disemayamkan di kampus dan disholatkan di Depan Gedung Rektorat Kampus setempat, Jum' at (25/8/2023). Tampak ratusan kerabat dan civitas akademika turut melepas keberangkatan jenazah.

"Ini masalah kriminalitas, saya mohon kepada pak polisi diusut tuntas. Ini masalah kejahatan pak. Tapi saya mungkin tidak bisa bolak-balik ke sini. Kami mohon kepada UIN RM Said untuk menjembatani. Mataram-Solo butuh waktu. Penerbangan tidak ada setiap saat," kata Moh Hasil sambil terisak.

Semula saat mendapat kabar anaknya meninggal dunia pada, Kamis (24/8/2023) kemarin, ia berusaha ingin segera terbang ke Solo. Namun mengingat saat itu tidak ada jadwal penerbangan pesawat dari Mataram ke Solo, maka keinginannya itu harus tertunda sehari.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Mas Said, Rahmawan Arifin usai serah terima jenazah mengatakan, keluarga sudah ikhlas dan berharap kepolisian mengusut tuntas kasusnya.

"Karena bagaimana pun kematian almarhumah dengan cara yang tidak wajar. Kampus yakin polisi dapat mengusut tuntas kasus ini. Beliau (ayah korban-Red) berharap pada lembaga (kampus) bisa mewakili keluarga jika sewaktu -waktu dibutuhkan oleh kepolisian," kata Rahmawan.

Permintaan itu disampaikan lantaran keluarga korban ada di Mataram sehingga tidak bisa dihadirkan setiap saat. Atas permintaan itu, pihak kampus oleh Rahmawan, disebutkan belum dapat mengambil keputusan.

"Sebab sampai saat ini kami belum mendapat laporan dari pihak kepolisian soal proses penanganannya. Untuk itu, kami akan diskusikan secara langsung dengan rektorat bagaimana langkah berikutnya," imbuhnya.

Seperti diberitakan, Wahyu Dian Silviani pada, Jum'at (24/8/2023) sekira pukul 13.30 WIB ditemukan sudah tidak bernyawa didalam rumah komplek Perumahan Graha Sejahtera, Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo.

Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit saat di Tempat Kejadian Perkara (TKP) mengatakan, berdasarkan pemeriksaan dokter Puskesmas ditemukan tanda luka-luka di tubuh korban. Salah satunya di bagian kepala depan yang mengindikasikan bahwa korban dianiaya sebelum tewas.

Hanya saja untuk mengungkap kebenaran indikasi itu, Sigit mengaku masih dalam penyelidikan oleh tim dengan mengumpulkan sejumlah barang bukti serta meminta keterangan sejumlah saksi. Keterangan itu terutama dari tetangga sekitar lokasi tempat tinggal korban.

"Untuk saat ini motifnya belum bisa diketahui. Segala kemungkinan bisa saja seperti, apakah karena pacaran, iri, dendam, atau yang lainnya. Yang jelas korban tinggal dirumah itu seorang diri," imbuh Kapolres.

Editor : Joko Piroso

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network