Rajiman mengaku, dulu sewaktu masih muda, ia berkeliling menjajakan terompet sampai keluar kota seperti Sragen, Karanganyar, Klaten, dan lainnya. Terompet itu dijualnya tidak hanya saat menjelang tahun baru, namun pada hari biasa juga laku.
"Puncak sepi pembeli adalah saat pandemi karena ada larangan keramaian dan kerumunan. Tapi saya dan sejumlah warga masih ada yang setia membuat dan menjual terompet," ungkapnya.
Disisi lain bahan-bahan untuk membuat terompet khususnya kertas emas, disebutkan Rajiman, harganya juga naik. Sehingga, jika terompet tidak laku, kertas-kertas yang sudah tertempel ia lepas dan disimpannya untuk tahun berikutnya.
Rajiman menyebut, saat ini untuk harga terompet dari perajin dijual mulai Rp 5.000 untuk terompet biasa harga kulakan. Untuk terompet spesial dengan bentuk dan model tertentu bisa lebih mahal.
"Saya masih memiliki semangat membuat terompet. Namun, karena tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari membuat dan menjual terompet, saya bersama istri juga membuka warung kecil-kecilan jualan minuman dan makanan untuk menyambung hidup," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait