Haedar juga mendorong organisasi kemasyarakatan dan keagamaan untuk melakukan introspeksi dan mengambil peran dalam membangun masyarakat.
Dia berharap tokoh-tokoh masyarakat dan keagamaan setempat dapat menjadi mediator dan fasilitator dalam menyelesaikan perbedaan melalui dialog.
"Tokoh-tokoh setempat seharusnya bisa menjadi kunci, menjadi mediator, fasilitator, pendamai, penyatu. Kita harus introspeksi, jangan sampai kita tercerabut dari akar keluarga, masyarakat, dan umat," kata Haedar.
Lebih lanjut, Haedar mengingatkan pentingnya toleransi dan dialog dalam kehidupan beragama di Indonesia. Dia menekankan bahwa meskipun Indonesia memiliki masyarakat yang komunal, namun tradisi dialog masih kurang.
"Bukan hanya di tingkat masyarakat tapi juga di tingkat elit, maka perlu menghidupkan tradisi dialog itu jika ada masalah, entah itu terkait keagamaan atau persoalan sosial lainnya, upayakan kedepankan dialog," tambahnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait