Menurutnya, ketika Pilkada diikuti minimal dua paslon, maka akan ada ajang adu gagasan, perdebatan, perang visi-misi, sehingga masyarakat dapat melihat serta mendapat kesempatan untuk memilih calon pemimpin yang terbaik.
"Bukankah kontestasi Pilkada ini sebetulnya memberi ruang kepada publik untuk bisa memilih siapa calon yang memiliki potensi lebih baik. Menguntungkan Sukoharjo menjadi lebih baik. Kira-kira begitu," ujarnya.
Namun begitu, ia tidak menampik paslon tunggal ketika melawan kotak kosong juga dapat menyampaikan gagasan, visi-misi, serta berbagai hal terkait program kerja. Hanya saja, hal itu menjadi monoton karena tidak terjadi dialektika dan tidak ada debat antar paslon.
"Jika terjadi seperti itu, tentu yang akan mendebat adalah masyarakat. Mereka akan mengkritisi program maupun visi-misi dari paslon tunggal yang diusung oleh tujuh parpol ini," sambungnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait