Peran Rakyat dan Kehancuran Strategi Kolonial
Wilayah Mataram saat itu hanya mengakui Sultan Ngabdulkamid Herucokro, yakni Pangeran Diponegoro, sebagai pemimpin sah. Dukungan rakyat terhadap perjuangan Diponegoro menjadi faktor krusial dalam keberhasilan logistik dan informasi.
Sementara itu, benteng-benteng Belanda, yang dibangun dari bahan seadanya, justru menjadi sasaran mudah perlawanan rakyat, mudah dihancurkan atau dibakar. Beberapa bahkan dihancurkan oleh warga sendiri sebelum dipakai.
Mataram berubah menjadi medan pertempuran brutal dengan penghancuran desa, eksekusi tawanan, dan penderitaan warga sipil. Perang ini mencerminkan keputusasaan Belanda dalam menghadapi kekuatan rakyat dan medan yang tidak bersahabat.
Meskipun telah membangun ratusan benteng, strategi kolonial De Kock gagal total dalam membungkam perjuangan Diponegoro. Perang Diponegoro bukan sekadar konflik senjata, tetapi simbol perlawanan cerdas dan militan rakyat terhadap penjajahan.
Sejarah mencatat: benteng tidak akan berguna jika berhadapan dengan semangat kemerdekaan dan kesetiaan rakyat pada pemimpinnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait