PONOROGO, iNewsSragen.id - Petilasan Klampis Ireng, yang ada di Desa Sragi, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat sekitar Ponorogo. Tempat di tengah persawahan yang terkenal angker ini usut punya usut kerap didatangi oleh pejabat saat tahun politik.
‘’Jika mendekati tahun politik, atau pemilihan saat pemilihan kepala desa, ramai orang ke sini. Biasanya kalau tidak orangnya sendiri, ya orang kepercayaannya yang ke sini,’’ kata Minto, penjaga petilasan Klampis Ireng.
Lanjutnya, setiap orang yang mendatangi yang juga dikenal sebagai petilasan Eyang Ismoyo ini punya tujuan atau kepentingan masing-masing sesuai kepercayaannya. Ada yang bersemedi di tempat-tempat khusus. Kemudian juga tidak sedikit menginginkan kesejahteraan hidup.
Ketika tim iNews.id datang ke kawasan petilasan Klampis Ireng, langsung disambut oleh dua patung semar berwarna hitam di pintu gerbang masuk, dengan diatasnya bertuliskan ‘Petilasan Eyang Ismoyo’. Di dalam petilasan ada sejumlah pohon yang menambah kesan mistis, terlebih jika datang pada malam hari.
Selain beberapa pohon berukuran besar juga terdapat gazebo tempat pengunjung melakukan berbagai ritual, didalamnya lengkap ada patung Semar atau Eyang Ismoyo. Gazebo itu juga dibalut kain berwarna hitam dan putih yang diganti disaat-saat tertentu.
“Kalau malam-malam tertentu biasanya ramai, bahkan sampai ratusan orang yang ke sini,’’ terangnya.
Selain berprofesi sebagai penjaga petilasan, Minto juga salah satu pelaku ritual yang rutin semedi di Klampis Ireng. Ada pun hari khusus untuk doa hari tua setiap Selasa Kliwon dan jumat Legi.
Laki-laki 38 tahun itu mengaku sudah melakukan ritual sejak umur 25 tahun. Sebab, rumahnya yang dekat dengan petilasan. Selain untuk memohon dan berdoa, dia juga melakukan semedi bagian dari budaya dan tradisi leluhurnya.
Masih menurut Minto, beberapa pengunjung ada yang menginap ditempat ini, kebanyakan dari luar kota.
“Siapa pun boleh menginap di sana asal izin ke kelurahan. Saya usahakan tamu itu bisa aman dan nyaman tinggal di sini,’’ pungkasnya.
Editor : Joko Piroso