SRAGEN, iNewsSragen.id - Banyak penelitian yang menjelaskan dampak berhubungan intim bagi pasangan suami istri.
Bukan hanya bicara kewajiban sebagai suami istri, berhubungan intim faktanya bermanfaat bagi kesehatan fisik maupun mental.
Tidaklah heran, suami istri dianjurkan untuk melakukan hubungan intim secara rutin karena ada dampak baiknya.
Sebaliknya jika suami istri jarang melakukan hubungan intim, akan berdampak buruk juga.
Dirangkum dari kanal youtube Basecare, ada 6 dampak buruk jika suami jarang berhubungan intim dengan istrinya.
Keenam dampak tersebut yakni:
1.Tingkat Stres bisa Tinggi Bagi suami istri, berhubungan intim mermanfaat untuk meredakan stres. Pada tahun 2005, sebuah studi menunjukkan behubungan intim lebih efektif dibandingkan
masturbasi.
Sebab berhubungan intim ternyata dapat meningkatkan kadar endorn dan hormon oksitosin yang bisa mengimbangi efek kortisol yang menyebabkan stres.
Bagi seorang suami yang masih aktif, berhubungan intim akan membuat otak lebih pintar meski memasuki usia tua.
3. Lemahnya Daya Tahan Tubuh
Berhubungan intim secara rutin dapat mendorong sistem kekebalan tubuh. Sebuah studi menunjukkan, berhubungan intim dua kali seminggu bisa menghasilkan 30% lebih banyak immunoglobulina.
4. Risiko Penyakit Jantung
Studi terbaru yang ditemukan Journal of Sexual Medicine, menjelaskan hubungan intim mampu menghilangkan zat kimia berbahaya yang memicu masalah jantung.
Karenanya suami yang rutin berhubungan intim memiliki sirkulasi yang lebih baik dan pembuluh darah yang sehat.
5. Sulit Ereksi
Dalam sebuah penelitian di Amerika pada Tahun 2008, menunjukkan suami yang berhubungan intim dua kali seminggu lebih beresiko mengalami disfungsi ereksi dibandingkan yang melakukannya secara teratur.
6. Resiko Kanker Prostat
Ini alasan hubungan intim harus rutin sebab jika jarang bisa berisiko terkena kanker prostat.
Hal ini dibuktikan dari penelitian yang terbit di Amerika yang menunjukkan suami yang ejakulasi 21 kali atau lebih dalam setahun akan memiliki 33 persen lebih rendah untuk terkena risiko kanker prostat.
Editor : Joko Piroso