Slamet menuturkan, pengikisan tanah mulai terjadi sejak 2012 lalu dan masih berlangsung sampai sekarang. Erosi terparah terjadi sejak 2022 hingga sekarang.
"Tanahnya sering longsor, biasanya pada malam hari. Tanah disini itu meski kering, tapi mengeluarkan air. Makanya warga pemilik tanah dan bangunan di sini tiap hari selalu was-was karena hujan turun hampir setiap hari," imbuhnya.
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Ariyanto Mulyatmojo mengatakan, arus sungai Bengawan Solo yang mulai bergeser disebabkan adanya pendangkalan di salah satu sisi sungai.
"Kami sedang mengintervarisir, dan akan kami laporkan ke BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo). Kami juga akan memberikan beberapa alternatif untuk pengerukan, dan pemasangan bronjong batu guna mencegah meluasnya abrasi," kata Ariyanto.
Sebagai langkah antisipasi, ia meminta kepada pemerintah desa terkait agar pro aktif melaporkan perkembangan dan potensi erosi di wilayahnya.
"Data itu akan kami gunakan untuk laporan ke BBWSBS agar ada penanganan lebih lanjut. Sebab, Bengawan Solo merupakan kewenangan BBWSBS," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso