get app
inews
Aa Text
Read Next : Gelar Halal Bihalal, Dandim Sukoharjo Minta Insan Pers Tetap Jaga Tali Silaturahmi

Sambut Tradisi Syawalan, Perajin Selongsong Ketupat Bertebaran di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo

Kamis, 27 April 2023 | 19:27 WIB
header img
Sabar, salah satu perajin dan penjual selongsong ketupat di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo.Foto:iNews/ Nanang SN

SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Tradisi syawalan yang juga dikenal oleh masyarakat Jawa dengan istilah 'Bakdo Kupat' adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh umat muslim pada awal bulan Syawal.

Masyarakat Jawa merayakan Bakdo Kupat setelah Idul Fitri sebagai penanda dan wujud syukur berakhirnya puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Di momen ini mereka menyajikan makanan khas ketupat berisi beras yang dikukus dengan bungkus anyaman daun janur kuning.

Setiap momen Bakdo Kupat tiba, bisa dipastikan hampir semua pasar tradisional dipenuhi dengan perajin dan penjual selongsong bungkus ketupat. Mereka berdatangan dari berbagai daerah menyebar di pasar-pasar.

Salah seorang perajin sekaligus penjual selongsong bungkus ketupat di Pasar Ir Soekarno Sukoharjo Sabar (65) warga Sukoharjo Kota mengaku, tahun ini omzet pendapatannya menurun jika dibandingkan dengan Bakdo Kupat tahun 2022 lalu.

"Tahun lalu, permintaan banyak meskipun masih pandemi Covid-19. Saya sehari bisa memproduksi 1.000 selongsong bungkus ketupat, tapi itu dibantu dengan anak-anak saya yang membuat di rumah kemudian dibawa ke sini (pasar-Red)," ujarnya saat ditemui pada, Kamis (27/4/2023).

Saat ini untuk satu ikat berisi 10 selongsong ketupat, Sabar menjualnya dengan harga Rp10 ribu. Dari tiap ikat itu, ia mendapat keuntungan Rp2 ribu, dimana daun janur yang merupakan bahan utamanya dibeli dari Boyolali dengan harga satu ikat berisi 10 lembar daun Rp8 ribu.

Meskipun hasil penjualan tidak sebanyak tahun sebelumnya, namun Sabar tetap memproduksi selongsong ketupat terdiri dua model yaitu, ketupat sinto persegi panjang dan ketupat luar bentuk lonjong. Hal itu ia lakukan karena sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarganya.

"Lebaran Sekarang, sehari hanya bisa memproduksi antara 200-300 selongsong ketupat. Menurun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya," paparnya.

Ia menduga turunya omzet penjualan karena sekarang setelah pandemi Covid-19 tidak lagi dianggap sebagai ancaman, banyak sekali perajin dan penjual selongsong ketupat, bahkan ada yang dari luar daerah.

"Ramainya penjual selongsong ketupat itu sejak hari pertama lebaran sampai sekarang. Mulai pagi hari di pinggir jalan depan pasar ini sudah berderet para perajin dan penjual selongsong ketupat," ungkapnya.

Senada, Wahyuni (51) warga Tempuran, Sukoharjo, menyatakan kebiasaan berjualan selongsong ketupat dijalani untuk mencari tambahan penghasilan diluar berjualan bumbu rempah-rempah di Pasar Ir Soekarno.

"Memang pembelinya tidak seramai tahun lalu karena sekarang banyak yang berjualan, tapi bagi saya tidak masalah yang penting ada tambahan penghasilan diluar dagangan yang saya jual sehari-hari," imbuhnya.

Seperti diketahui, ketupat merupakan kuliner khas disajikan di atas piring dengan sayur gudeg, sambal goreng ditambah opor telur atau ayam. Di sebagian besar masyarakat Jawa, ketupat menjadi menu wajib dalam merayakan hari lebaran, apalagi enam hari setelah Ramadhan, atau Bakdo Kupat.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut