Artinya, temu manten itu dilakukan sebelum suara tempat nasi terdengar yang menandakan datangnya pagi. Dipilihnya waktu tengah malam itu untuk menutupi wajah Joko Lulo yang buruk. Semua permintaan ini pun dipenuhi oleh keluarga Ken Dedes. Namun, tanpa diduga tiba-tiba muncul gangguan. Ketika Joko Lulo dan Ken Dedes hendak dipertemukan, tiba- tiba terdengar suara tompo, tempat nasi dari bambu, yang dibunyikan oleh para gadis Panawijen. Bahkan sebagian orang ada yang membakar jerami di sebelah timur sehingga seolah matahari telah merekah. Ayam-ayam pun berkokok karena mengira pagi hari telah datang. Saat cahaya menyemburat, terlihat jelas wajah Joko Lulo yang sangat buruk.
Melihat wajah asli Joko Lolo yang buruk sekali itu, Ken Dedes langsung ketakutan, dan melarikan diri untuk menceburkan dirinya ke dalam sumur Windu. Akibat persoalan ini, maka Joko Lulo langsung marah. Bahwa penduduk Panawijen telah melakukan kecurangan yang membuat rencana pernikahannya dengan Ken Dedes rusak. Maka Joko Lolo pun mengutuk warga Panawijen bahwa kelak mereka tak akan menikah hingga usia lanjut. Setelah melontarkan kutukannya itu, Joko Lulo langsung menyusul Ken Dedes menceburkan diri ke sumur. Namun sekali lagi nama Joko Lulo ini belum tentu kebenarannya. Sebab pada naskah kuno Pararaton tidak ditemukan nama Joko Lulo. Tetapi ada yang meyakini sebutan nama Joko Lulo merupakan sebutan dari Ken Arok oleh masyarakat Polowijen. Hal ini tentu saja membuat bingung tafsiran sejarah.
Editor : Joko Piroso