Mojokerto, iNewsSragen.id - Kisah Raden Wijaya dan para istrinya memang merupakan bagian penting dari sejarah Majapahit dan menggambarkan kompleksitas politik serta dinamika sosial pada masa itu.
Raden Wijaya, sebagai pendiri Kerajaan Majapahit, menghadapi berbagai tantangan dalam mengkonsolidasikan kekuasaannya dan membangun stabilitas kerajaan.
Dara Petak merupakan tokoh yang menarik dalam sejarah Majapahit. Sebagai putri Raja Melayu, ia dinikahi oleh Raden Wijaya setelah keberhasilan Raden Wijaya mengusir bala tentara Mongol dari Pulau Jawa.
Kehadiran Dara Petak di istana Majapahit tentu membawa perubahan dalam dinamika internal kerajaan, terutama mengingat bahwa ia adalah satu-satunya istri Raden Wijaya yang berasal dari luar Jawa.
Kisah awal pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak memang memiliki latar belakang yang rumit. Setelah keruntuhan Kerajaan Singasari dan kematian Raja Kertanegara, Raden Wijaya harus menghadapi tantangan politik untuk memastikan keberlangsungan dinastinya.
Penikahan dengan Dara Petak yang berasal dari Melayu merupakan langkah strategis dalam memperkuat hubungan diplomatik dan politik dengan Raja Melayu, meskipun ada spekulasi dan desas-desus yang menyertai.
Dara Jingga, kakak Dara Petak, kemudian ditawarkan kepada salah satu perwira senior Raden Wijaya, yang menunjukkan bagaimana perkawinan dalam konteks kerajaan sering kali memiliki tujuan politik atau strategis, selain aspek pribadi.
Sementara itu, Tribhuwana dan Gayatri, putri Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari, juga menjadi bagian dari kehidupan Raden Wijaya.
Tribhuwana, sebagai istri Raden Wijaya, mewakili hubungan dinasti dan integrasi politik antara dua kerajaan. Gayatri, yang merupakan putri bungsu Kertanegara, juga memiliki peranan penting, meskipun ia cemburu terhadap posisi Dara Petak.
Desas-desus mengenai Dara Petak yang dianggap kurang pantas dan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan etika putri kerajaan tentu menambah kerumitan dalam hubungan antara Raden Wijaya dan istrinya.
Keputusan Raden Wijaya untuk memingit Dara Petak dan akhirnya menikahinya menunjukkan bagaimana hubungan politik dan pribadi sering kali saling tumpang tindih dalam konteks kekuasaan.
Kisah ini menunjukkan bagaimana pernikahan dalam konteks kerajaan tidak hanya melibatkan pertimbangan cinta atau hubungan pribadi, tetapi juga strategis dan politik.
Dara Petak, meskipun menghadapi berbagai tantangan, akhirnya menjadi ibu dari putra semata wayang Raden Wijaya, yang merupakan bagian penting dalam garis keturunan dan stabilitas Majapahit.
Editor : Joko Piroso