Sesepuh Kampung Ngablak, Harjo Sugito (baju hitam).Foto:iNews/Joko P
Sesepuh Kampung Ngablak, Harjo Sugito, yang berusia 90 tahun, menjelaskan bahwa nama "Ngablak" berasal dari istilah Jawa "ngeblake," yang berarti membuka informasi yang sebelumnya dirahasiakan.
Menurut Harjo, istilah ini merujuk pada informasi tentang munculnya keraton baru di Sragen, mirip dengan keraton di Yogyakarta. Ia menjelaskan bahwa informasi ini berasal dari leluhurnya, meski ia sendiri tidak mengetahui detail tentang nama leluhur yang menyampaikan informasi tersebut.
Tradisi bersih desa ini telah berlangsung turun-temurun di Kampung Ngablak sejak zaman dahulu, dan selalu dilakukan pada Jumat Wage.
Ritual ini melibatkan dua gunungan yang melambangkan Dewi Sri dan Sadono. Gunungan ini, yang awalnya berupa padi yang dibawa pulang setelah panen dan ditempatkan di ruang penyimpanan sebagai simbol pengantin, kini diwujudkan dalam bentuk gunungan besar.
Gunungan-gunungan ini diarak keliling kampung diiringi dengan kesenian lokal seperti reog. Di Kampung Ngablak, terdapat paguyuban kesenian reog yang dikenal sebagai Reog Turangga Sakti, di mana Mbah Gito pernah menjadi pimpinan pada tahun 1961.
Editor : Joko Piroso