Meskipun hasil penjualan tidak sebanyak tahun sebelumnya, namun Sabar tetap memproduksi selongsong ketupat terdiri dua model yaitu, ketupat sinto persegi panjang dan ketupat luar bentuk lonjong. Hal itu ia lakukan karena sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarganya.
"Lebaran Sekarang, sehari hanya bisa memproduksi antara 200-300 selongsong ketupat. Menurun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya," paparnya.
Ia menduga turunya omzet penjualan karena sekarang setelah pandemi Covid-19 tidak lagi dianggap sebagai ancaman, banyak sekali perajin dan penjual selongsong ketupat, bahkan ada yang dari luar daerah.
"Ramainya penjual selongsong ketupat itu sejak hari pertama lebaran sampai sekarang. Mulai pagi hari di pinggir jalan depan pasar ini sudah berderet para perajin dan penjual selongsong ketupat," ungkapnya.
Senada, Wahyuni (51) warga Tempuran, Sukoharjo, menyatakan kebiasaan berjualan selongsong ketupat dijalani untuk mencari tambahan penghasilan diluar berjualan bumbu rempah-rempah di Pasar Ir Soekarno.
"Memang pembelinya tidak seramai tahun lalu karena sekarang banyak yang berjualan, tapi bagi saya tidak masalah yang penting ada tambahan penghasilan diluar dagangan yang saya jual sehari-hari," imbuhnya.
Seperti diketahui, ketupat merupakan kuliner khas disajikan di atas piring dengan sayur gudeg, sambal goreng ditambah opor telur atau ayam. Di sebagian besar masyarakat Jawa, ketupat menjadi menu wajib dalam merayakan hari lebaran, apalagi enam hari setelah Ramadhan, atau Bakdo Kupat.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait