OPINI: Pembelajaran Seni Budaya dalam Membentuk Karakter Siswa SD

Sugiyanto
Karakter atau watak adalah perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. (Foto: Kolase)

SEMARANG, iNewsSragen.id - OPINIMenurut Dewantara dalam Jelantik karakter berasal dari bahasa Inggris character, artinya watak, sifat, peran, huruf.

Karakter telah menjadi bahasa Indonesia yang artinya 
“mengukir corak yang tepat dan tidak terhapuskan” sehingga dalam makna terminologi karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lain.

Begitu juga Griek dalam Zubaedi mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai paduan dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.

Jadi, pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.

Ningsih mengemukakan karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan 
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 

Sedangkan menurut Sudirman N., dkk sebagaimana dalam Harisah, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya 
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, telah membawa 
perubahan besar di berbagai sektor kehidupan manusia. Hal ini juga berdampak pada pergeseran nilai dan perilaku kehidupan masyarakat.

Arus pertukaran dan persebaran informasi yang cepat melalui dunia maya (internet), serta pemberitaan media yang bebas dan cenderung tidak tersaring dengan baik, telah membawa dampak terhadap perilaku hidup 
seseorang.

Sejatinya pendidikan, adalah suatu upaya sadar oleh individu untuk membimbing individu lain ke arah yang lebih baik dan positif. Pendidikan yang diberikan mulai dari saat individu lahir hingga mendapatkan pendidikan formal yang wajib, adalah bertujuan untuk 
memaksimalkan potensi yang ada dari peserta didik. Namun dalam pengimplementasiannya
proses pendidikan tidak pernah semudah dan se lancar apa yang diharapkan, banyak hal yang 
menjadi faktor terhambatnya proses pelaksanaan pendidikan yang ideal.

Faktor yang cukup besar yaitu adanya perkembangan teknologi yang pesat, dimana dalam era yang kita jalani sekarang segala bentuk informasi dapat didapatkan dengan hitungan detik, menjadi pisau bermata dua bagi perkembangan anak-anak.

Di sisi lain, perkembangan teknologi yang pesat 
mampu membantu anak belajar dan berproses dengan efisien seperti teknologi yang diintegrasikan dengan pembelajaran, pembelajaran dengan menggunakan kecerdasan buatan dapat terlaksana dn memberikan hasil yang maksimal, seperti contoh pembelajaran 
menggunakan AR maupun VR, keduanya membantu menvisualisasikan dengan jelas dan menarik mengenai materi pembelajaran, serta masih banyak lagi produk kecerdasan buatan yang telah memberikan berbagai kemudahan dan inovasi dalam perkembangan anak melalui pendidikan, akan tetapi dalam sisi lain, banyak hal yang mendegradasi berbagai aspek dari 
anak-anak seperti kualitas karakter.

Pendidikan karakter di era globalisasi sekarang adalah hal yang penting dan harus diperhatikan setiap prosesnya. Lembaga pendidikan diharapkan mampu menciptakan lingkungan karakter yang ideal bagi peserta didik selama berkegiatan di sekolah, dengan 
banyaknya faktor hambatan yang ada bagi perkembangan karakter, lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan pendidikan karakter dengan inovatif, kreatif dan juga holistik sehingga pengalaman belajar yang di dapatkan anak dapat bermakna sehingga dapat memberikan hasil berupa karakter yang teladan dan baik. 

Menurut Purnamasari dan Ardiyanto dalam Mahareni dkk, pendidikan karakter tingkat dasar perlu memprioritaskan terhadap sikap ataupun keterampilan. Melalui pendidikan dasar seseorang diharapkan akan menjadi individu yang baik ke jenjang selanjutnya.

Budaya sekolah (school culture) merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dalam jenjang pendidikan sekolah dasar dapat dilakukan melalui beragai mata pelajaran salah satunya yaitu Seni Budaya dan Prakarya (SBdP).

Materi pembelajaran baik teori maupun praktik mengandung nilai-nilai karakter yang dapat diajarkan kepada siswa. Mata pelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam bentuk keterampilan tangan, seni musik, seni teater, seni visual dan banyak lagi.

Dalam konteks pendidikan maupun pengembangan karakter SBdP memiliki peranan yang cukup penting dalam hal ini, dimana materi pokok seperti multidimensional, multilingual, dan multikultural.

Pendidikan seni juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk membina anak didik agar menjadi individu yang berjiwa seni serta mampu mengolah suatu karya seni dengan 
kreativitas yang dimilikinya sendiri, dalam artian lain yaitu anak maupun peserta didik dilatih untuk berfikir kreatif dimana dalam konteks ini anak akan mencoba melatih atau mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Tujuan akhir dari pembelajaran SBdP bukanlah 
untuk mencetak peserta didik menjadi seniman, namun lebih luas daripada itu bahwa SBdP bertujuan membentuk pada kepribadian yang kreatif, etis dan estetis. meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, dan akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut merupakan tujuan mendasar mengapa SBdP 
perlu dipelajari guna pembentukan karakter. 

Seni Budaya dan Prakarya atau yang biasa disebut sebagai SBdP ini adalah salah satu mata pelajaran yang ada dalam Kurikulum 2013 dan berlaku untuk Sekolah Dasar. Dalam mata pelajaran ini peserta didik akan belajar mengenai budaya dan juga kesenian, dimana kedua hal tersebut memerlukan konsentrasi emosional. 

Menurut Wiyani pembentukan karakter dapat dilakukan dengan berbagai langkah-langkah 
sebagai berikut46:

1) Keteladanan, menunjukkan keteladanan merupakan langkah paling awal sekaligus paling utama ditunjukkan dengan mengajarkan karakter seraya mengaktualisasikannya. 

2) Arahan/bimbingan, pemberian bimbingan kepada siswa agar tumbuh kesadaran berbuat baik dilakukan dengan cara memberikan alasan mengapa harus berbuat baik, dan mengarahkan anak untuk berbuat baik. 

3) Motivasi, mendorong siswa untuk berbuat baik dengan memberikan penguatan (reinforcement), memberikan alternatif solusi untuk memperbaiki kesalahan, dan memberikan nasehat-nasehat. 

4) Zakiyah (murni, bersih), guru hendaknya menanamkan niat yang ikhlas dalam membentuk 
karakter siswa. 

5) Kontinuitas, sebuah proses pembiasaan untuk belajar, bersikap, dan berbuat. 

6) Ingatkan, guru harus senantiasa mengingatkan siswa yang menampilkan perangai buruk sehingga kembali mampu menampilkan perangai yang baik. 

7) Repetisi (pengulangan), perbuatan baik harus dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan. 

8) Pengorganisasian, kegiatan-kegiatan yang mampu menjadikan siswa melakukan kebaikankebaikan harus dilaksanakan secara terorganisir. 

9) Heart, dalam membentuk karakter siswa, guru harus mampu menyentuh hatinya. 

Dapat diartikan bahwa pendisipinan mengenai pembentukan ataupun pendidikan karakter di sekolah dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar ekstra kurikuler dan kegiatan keseharian yang dilakukan di rumah.

Dalam belajar mengenai budaya dan kesenian sendiri terdapat elemen pengolahan emosi, dimana dalam budaya sendiri terdapat nilai-nilai lubur yang dapat dijadikan cerminan bagaimana manusia bertindak.

Di dalam kebudayaan apalagi di Indonesia ini sangat 
melimpah berbagai macam dan jenis budaya, tata cara berkehidupan dan bagaimana berinteraksi dengan sesama, telah ditunjukkan oleh leluhur-leluhur kita, melihat banyaknya hal maupun nilai positif yang disusupkan pada budaya yang ada, hal ini dapat menjadi alternatif media pembentukkan karakter bagi generasi penerus bangsa. 

 

Penulis:

1. Muhammad Rafli Rafsanjani (Mahasiswa PGSD FIPP UNNES)

2. Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd (Dosen PGSD FIPP UNNES)

Editor : Sugiyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network