Menurutnya, dari sisi koleksi dan wahana yang biasa dijadikan spot foto pengunjung seperti, museum transportasi, omah kwalik, photo booth, hingga outdoor garden, tidak banyak perubahan. Semua masih sama, kecuali 3D background.
"Untuk koleksi mobil-mobil antik masih sama. Itu memang bukan milik kami tapi sistemnya kerjasama atau profit sharing dengan pemiliknya. Jadi itu sifatnya titipan untuk dipajang disini. Termasuk 3D background itu juga kerjasama, tetapi mereka tidak mau lanjut," papar Setyawan.
Dengan perubahan nama dan manajemen baru, nantinya tempat wisata bangunan kuno bekas pabrik gula yang berdiri sejak 1892 itu akan dibenahi dengan menambah sejumlah konsep baru.
"Salah satunya adalah pemanfaatan salah satu bangunan untuk kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions). Mengingat bangunan ini adalah cagar budaya, kami juga sudah konsultasi dengan ahli sejarah untuk mengetahui lebih detail mana yang boleh dirubah dan yang tidak boleh," ujarnya.
Konsep baru tersebut, diungkapkan Setyawan akan mulai dijalankan prosesnya setelah hari raya Idul Fitri. Bahkan pihak manajemen baru juga sudah menggandeng konseptor yang membangun Rumah Atsiri Indonesia di Tawangmangu, Karanganyar.
"Selain MICE, kami juga akan membuat gedung untuk acara pernikahan kecil-kecilan. Tempatnya di gedung sebelah barat yang selama ini tidak terpakai. Nanti setelah semuanya selesai akan kami lakukan grand opening kembali dengan nama baru dan manajemen baru," imbuhnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait