Seperti diketahui, pasar tradisional yang beroperasi sejak 2017 pasca revitalisasi itu, saat ini hanya dihuni sekira 25% dari kapasitas daya tampungnya. Pada awalnya, total jumlah pedagang ada sekira 1000 lebih, namun sekarang menyusut drastis.
Banyak pedagang, terutama yang menempati kios di lantai dua memilih tutup dengan alasan sepi pembeli. Sedangkan sebagian lagi, mayoritas pedagang di bagian los daging, enggan menempati lokasi didalam pasar di lantai dasar.
Banyak pedagang, khususnya sayuran dan daging memilih menggelar dagangan di luar, tepatnya di pinggir jalan belakang pasar dengan alasan agar mudah diakses calon pembeli.
Widadi mengatakan, semula untuk los daging di lantai dasar sudah dibuatkan pintu akses baru di sebelah utara, namun tetap saja tidak ada yang mau kembali masuk didalam pasar.
"Upaya maksimal sebenarnya sudah kami lakukan agar para pedagang mau kembali masuk pasar, diantara soal retribusi. Kalau dibandingkan sewa kios di luar pasar, selisihnya sangat besar. Contohnya untuk retribusi los daging dengan luas sekira 2x2 meter persegi, hanya Rp 175/meter/ hari, sangat murah," paparnya
Oleh karenanya, jika beberapa kios dan los yang ditinggalkan itu tidak lagi ditempati, apalagi juga tidak membayar retribusi, maka pihak pengelola pasar akan melakukan evaluasi.
"Kalau terlalu lama dibiarkan kosong, terutama yang tidak membayar retribusi, maka bisa saja nanti hak penempatannya akan dicabut. Pada prinsipnya kami telah berupaya melayani semaksimal mungkin. Semoga setelah nanti diperbaiki, pasar ini kembali ramai," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso