SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak yang ditandatangani Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Murti Utami pada, 18 Oktober 2022.
Dari beberapa poin dalam SE Kemenkes tersebut, diantaranya terdapat instruksi kepada seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk syrup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Polres Sukoharjo merespon dengan menurunkan personel untuk melakukan pantauan ke apotek-apotek. Tujuannya memastikan tidak ada lagi obat sirup sesuai yang dimaksud Kemenkes dijual bebas kepada masyarakat.
"Pemantauan apotek ini dilakukan sekaligus juga memberikan sosialisai mengenai instruksi dari Kemenkes tersebut agar sampai ke masyarakat," kata Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho melalui Ipda Endro Cahyono yang memimpin pemantauan, Minggu (23/10/2022)
Dari kegiatan pantauan di beberapa apotek, Endro dan anggota tim mendapati pihak apotek maupun masyarakat sebagian besar telah memahami intruksi dari Kemenkes tersebut.
“Pihak apotek juga telah melakukan penghentian penjualan obat sirup hingga ada intruksi lebih lanjut,” paparnya.
Sementara, Kapolres Sukoharjo juga menghimbau agar masyarakat tidak panik terkait dihentikannya peredaran obat sirup karena masih ada sediaan farmasi ataupun obat-obatan yang lain yang lebih aman untuk dikonsumsi.
Seperti diketahui, Kemenkes mengeluarkan instruksi lantaran ada kenaikan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak usia 0-5 tahun (balita) diberbagai wilayah di Indonesia.
Data terakhir kasus gangguan ginjal akut misterius per 18 Oktober 2022 tercatat 192 kasus di 20 provinsi.
Kasus terbanyak tercatat berada di DKI Jakarta 50 kasus, Jawa Barat 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, dan Bali 17 kasus.
Hingga saat ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Kemenkes masih meneliti penyebab dari penyakit misterius ini.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait