Ngatmi, salah satu warga Desa Jambangan, mengungkapkan bahwa sebelum adanya sumber mata air ini, warga harus berjalan sejauh lima hingga sepuluh kilometer untuk mencari air bersih. Mereka bahkan terpaksa membeli air bersih dari truk tangki dengan harga sekitar empat ratus ribu rupiah per tangki, mengingat kondisi jalur yang ditempuh cukup jauh.
Kemarau panjang yang melanda Desa Jambangan juga mengurangi debit air di sumber mata air, sehingga warga lebih berhemat dalam menggunakan air bersih. Meskipun sumber mata air ini sudah muncul sejak lima tahun lalu, pemanfaatannya belum maksimal karena lokasi yang cukup jauh dan kurangnya jalur serta peralatan untuk penyaluran air ke desa.
Setelah mendapatkan izin dari Perhutani, warga mulai memanfaatkan dan mengelola sumber mata air ini. Mereka membuat bak penampungan untuk menampung air sumber dan menyalurkannya ke desa yang berada di bawah hutan. Setelah pipa terpasang, air sumber ini baru bisa dialirkan ke seluruh bak penampungan warga. Srianto menjelaskan bahwa saat ini debit air cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan oleh lebih dari seribu kepala keluarga.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait