GROBOGAN, iNewsSragen.id - Ratusan warga Desa Keongan, Kecamatan Gabus, Grobogan, Jawa Tengah, telah mengalami krisis air bersih selama empat bulan terakhir, dengan kondisi paling parah terjadi pada bulan September tahun ini.
Warji warga Keongan terpaksa berburu resapan air di tengah sungai yang sudah mengering dengan membuat bak penampungan untuk keperluan mandi dan mencuci. Air tersebut digunakan secara bergantian karena debit air resapan tidak mencukupi.
Di dasar Sungai Keongan, yang mengering sejak empat bulan lalu, warga hilir mudik dan mengantre untuk mengambil air resapan dari sumur sedalam dua meter. Ketika air dalam sumur resapan habis, mereka harus menunggu berjam-jam hingga air kembali memenuhi sumur.
Lastri warga, terutama emak-emak berusia lanjut, harus berjalan kaki menempuh jarak sekitar lima ratus meter melalui jalan hutan yang terjal dan menanjak hanya untuk mendapatkan air.
Menurut warga, kekeringan hampir selalu melanda desa terpencil ini setiap tahun.
Namun, krisis air bersih yang terjadi sejak empat bulan lalu merupakan yang terparah.
Semua sumber air lainnya sudah mengering, menjadikan satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sumur resapan ini yang digunakan oleh ratusan warga desa setiap hari.
Untuk menjaga agar sumber air tetap awet dan tidak cepat kering, warga memasang bis beton di sekeliling sumber air.
Namun, air resapan ini mengandung zat kapur sehingga tidak bisa dikonsumsi dan hanya digunakan untuk mandi dan mencuci.
Untuk kebutuhan memasak, makan, dan minum, warga harus membeli air bersih yang harganya cukup mahal, sekitar seratus lima puluh hingga dua ratus ribu rupiah per tangki, tergantung kondisi jalan dan jarak lokasi pemukiman.
Selama empat bulan krisis air bersih ini, warga mengaku belum menerima bantuan air bersih dari pemerintah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Grobogan, saat ini ada tujuh puluh desa di sembilan belas kecamatan yang dilanda krisis air bersih.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait