Keluarga Ungkap Sinyal Perundungan Sebelum Meninggal
Dari penuturan pihak keluarga, sebelum meninggal, ABP sempat beberapa kali mengeluh sakit di bagian kepala dan dada, serta menolak berangkat ke sekolah karena merasa takut. Pujio, paman korban, mengungkapkan bahwa keponakannya itu sudah pernah mengadu menjadi korban bullying.
“Dia sempat mengaku dibully dan dipukul sama teman-temannya. Neneknya juga sudah datang ke sekolah untuk meminta pihak sekolah menghentikan perundungan itu,”
ungkap Pujio, paman korban.
Korban diketahui tinggal bersama neneknya di Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer, sementara kedua orang tuanya bekerja di Cianjur, Jawa Barat. Menurut keluarga, aksi perundungan terhadap Angga sudah berlangsung selama tiga minggu terakhir.
Kini, kedua orang tua korban dilaporkan sedang dalam perjalanan pulang ke Grobogan untuk mengurus pemakaman anak semata wayang mereka.
Hasil pemeriksaan awal di Puskesmas menunjukkan adanya luka lebam pada bagian dada korban, diduga akibat benturan benda tumpul. Kapolres Grobogan menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan memastikan unsur pidana dalam kasus perundungan tersebut.
“Kasus ini menjadi perhatian serius. Kami akan mendalami motif dan kronologi kejadian, termasuk pemeriksaan terhadap pihak sekolah,” ujar Kapolres Grobogan kepada wartawan.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap pihak sekolah, termasuk pembinaan terhadap siswa dan guru agar peristiwa serupa tidak terulang.
Tragedi ini menambah daftar panjang kasus kekerasan dan perundungan di sekolah yang menelan korban jiwa. Publik menuntut agar dunia pendidikan tidak lagi abai terhadap tanda-tanda kekerasan di antara pelajar.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait