SRAGEN, NewsSragen.id — Di momen peringatan Hari Kesehatan Nasional, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen membawa dua pesan penting sekaligus: kabar baik, dan alarm kewaspadaan.
Dalam Update Data Kasus DBD Tahun 2025 yang baru dirilis, Sragen mencatat nol kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD). Capaian ini menjadi prestasi signifikan mengingat tingginya angka penyebaran penyakit tersebut di berbagai daerah.
Namun, di balik prestasi itu, angka total kasus tetap mengkhawatirkan. DKK Sragen mencatat 2.076 kasus yang tersebar di 26 Puskesmas. Jumlah itu merupakan gabungan dari kasus Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) DKK Sragen, dr. Sri Subekti, menyampaikan bahwa sebagian besar kasus masih berada pada fase awal demam dengue.
“Rinciannya, ada 1.854 kasus Demam Dengue dan 222 kasus DBD. Data ini menunjukkan kasus masih tinggi meskipun dominannya terdeteksi di fase awal. Kewaspadaan tetap harus ditingkatkan,” jelas dr. Bekti.
Berdasarkan data, perbandingan kasus DD dan DBD mencapai rasio 8:1. Artinya, sebagian besar pasien masih bisa tertangani sebelum mengalami fase yang lebih berat.
DKK Sragen juga mengidentifikasi tiga wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, sehingga ditetapkan sebagai zona prioritas pengendalian DBD, yaitu:
1.Puskesmas Mondokan – 207 kasus (186 DD | 21 DBD)
2.Puskesmas Gemolong – 195 kasus (178 DD | 17 DBD)
3.Puskesmas Kalijambe – 173 kasus (152 DD | 21 DBD)
Meski jumlah kasus tergolong besar, angka kematian 0 menjadi capaian penting dan menunjukkan respons cepat tenaga kesehatan serta kesadaran masyarakat dalam melakukan deteksi dini.
DKK Sragen mengingatkan bahwa tren kasus DBD sering meningkat saat peralihan musim. Masyarakat diminta lebih aktif melakukan 3M Plus dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), terutama di lingkungan rumah.
“Nol kematian bukan berarti aman. Total kasusnya besar dan PSN harus terus digalakkan,” tegas dr. Bekti.
Dengan capaian zero death, Sragen menunjukkan bahwa penanganan dini dan keterlibatan masyarakat tetap menjadi kunci dalam mengendalikan penyebaran DBD.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait
