Rajin Menabung dari Hasil Jual Arang sejak Tahun 1975, Impian Pasutri Berangkat Haji Terwujud

Komsiyah juga mengenang, dulu untuk menjual arang harus digendong dari rumah menuju pasar Peterongan Semarang, berangkat dari rumah pukul 01.00 WIB dan pulang pada pukul 08.00 WIB.
Ketika itu, harga arang kayu satu gendongan (30 kilogram) hanya Rp250. Sekarang satu plastik arang kayu (1,2 kilogram) seharga Rp5.000. “Alhamdulillah, dari jerih payah ini sekarang bisa menjual 1 -1,5 ton arang kayu, sekali kirim,” ujarnya.
Budiono mengatakan, untuk makan sehari- hari terkadang Komsiyah juga membuat aneka penganan seperti sermier, lentho dan klenyem untuk dijual kepada tetangga yang ada di lingkungan sekitar rumahnya.
Ini harus dilakukan, agar niat berhaji mereka dapat terwujud. “Karena kami ini ‘ati karep, bondho cupet’ (punya keinginan, tetapi kemampuan pas-pasan),” jelasnya.
Editor : Joko Piroso