Menurutnya, praktek penyesatan politik identitas itu dapat diibaratkan seperti dokter yang sedang disesatkan oleh profesor. Jika itu yang terjadi maka yang tersesat tidak hanya dokternya saja, tapi termasuk juga perawatnya ikut tersesat.
"Jadi ketika resep dari dokter yang disesatkan ini sudah salah, maka terapi pengobatannya pasti menjadi salah. Itulah yang saat ini sedang terjadi," paparnya.
Akibat dari penyesatan itu, saat ini terjadi malpraktek berupa penggunaan jargon-jargon keagamaan dalam konteks sosial dan politik. Bentuk dari penyesatan politik identitas adalah berupa narasi manipulatif.
"Makanya, (narasi) manipulatif itulah yang harus dicegah. Cara mencegahnya adalah, pertama melalui kampanye, kedua, mencerdaskan masyarakat. Masyarakat harus dicerdaskan, karena kalau tidak maka akan bahaya," tegasnya.
Editor : Joko Piroso