SRAGEN, iNewsSragen.id - Ketika peserta didik memasuki jenjang Sekolah dasar, mereka memiliki imajinasi yang beragam atas dirinya sendiri dan lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik juga memiliki rasa ingin tau yang tinggi akan seluk beluk dunia.
Bahkan, untuk trend terkini, ujaran yang mereka dapatkan baik dari interaksi di kehidupan sehari hari atau melalui platform digital. Pesatnya perkembangan platform digital saat ini memberikan akses terbuka bagi semua orang tanpa terkecuali untuk mendapatkan informasi terkini yang di ingikan.
Di sisi lain, perkembangan platform digital ini memberikan dampak berupa menurunnya antusias dan minat peserta didik akan aktivitas kesenian.
Hal ini ditandai dengan adanya krisis identitas budaya. Krisis identitas budaya menjadi serius akibat pengaruh globalisasi dan kurangnya ketertarikan dan partisipasi generasi muda dalam melestarikan kebudayaan dan nilai-nilai bangsa.
Krisis identitas juga dapat terjadi pada peserta didik salah satunya adalah menurunnya minat peserta didik dalam bidang seni rupa. Untuk mengatasi krisis identitas budaya, perlu dikembangkan rasa nasionalisme dan kecintaan pada budaya Indonesia, salah satunya dengan restorasi identitas kebudayaan melalui pendekatan kultural dalam pendidikan Seni Budaya di Sekolah Dasar.
(Sumber: Dokumentasi SD Negeri Purwosuman 4).
Pembelajaran seni rupa berbasis lingkungan menjadi pembelajaran yang mudah untuk diimplementasikan di Sekolah. Pada tanggal 30 September 2023, Penulis melakukan observasi di SD Negeri Purwosuman 4 yang berlokasi di Jl. Banjar, Kebayanan 1, Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57281. Penulis melakukan wawancara terhadap Kepala Sekolah dan Guru Kelas di SD Negeri Purwosuman 4.
Editor : Sugiyanto
Artikel Terkait