Diungkapkan Viveri, proyek kalender dari PD Percada bermula dari undangan Maryono selaku direktur kepada para kepala sekolah SMP Negeri untuk diajak bertemu di sebuah rumah makan dibelakang kantor Kabupaten Sukoharjo. Undangan tidak melalui surat, namun hanya melalui telepon.
“Dalam pertemuan itu Mas Maryono menawari kami untuk menjual kalender, tapi kami menolak. Kasarannya, kami ini 'kon dodolan kalender' (disuruh menjual kalender). Jelas kami tidak mau,” kata Viveri yang didampingi sejumlah kepala SMP Negeri lainnya.
Hanya saja, ketika dihadapkan pada kalimat atasnama meningkatkan PAD yang disampaikan Maryono, para kepala sekolah luluh demi kemajuan pemerintah daerah meskipun tidak ada surat penawaran resmi dan sosialisasi dari PD Percada.
"Jadi kami ini sesama kepala sekolah sudah saling percaya jika sudah berbicara atasnama PAD. Tapi ternyata kok seperti ini jadinya. Kami menjadi tidak nyaman karena disudutkan, kami ini seperti dilempar telur busuk," tegasnya.
Editor : Joko Piroso