SRAGEN, iNewsSragen.id — Sentra kerajinan batik tulis di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, mendapat perhatian istimewa dari Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi. Dalam kunjungannya, Gubernur secara langsung meninjau proses pembuatan batik dan berdialog dengan para perajin, memberikan dukungan dan motivasi agar pelaku usaha terus berinovasi di tengah persaingan industri kreatif.
Kehadiran Gubernur disambut hangat oleh pemilik galeri sekaligus pelaku usaha batik, Wiwin Muji Lestari. Ia mengaku bangga dan bersyukur karena sentra batik di desanya mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah provinsi.
"Gubernur mendukung perkembangan batik tulis. Namun, beliau menekankan bahwa bisnis batik harus terus berkreasi dengan motif-motif baru. Terserah kepada pengusaha agar setiap ada pembeli datang, selalu ada motif baru di toko," ujar Wiwin Muji Lestari.
Menurutnya, dorongan dari pemerintah menjadi penyemangat tersendiri di saat pasar batik sedang tidak stabil. Pasar batik dalam beberapa waktu terakhir disebut berada dalam kondisi “lemah letih lesu”. Kendati demikian, Wiwin meyakini bahwa kreativitas dan keberanian menciptakan motif baru adalah kunci untuk bertahan dan memenangkan pasar.
“Selama berkreasi dengan motif baru, batik selalu laku,” tegasnya.
Wiwin juga menjelaskan bahwa saat ini tren permintaan didominasi oleh pasar anak muda. Model baju batik yang lebih ramping atau slim menjadi favorit konsumen, sehingga ia bersama perajin terus mengembangkan desain yang lebih modern tanpa meninggalkan ciri khas batik tulis.
Dukungan pemerintah terhadap pelaku usaha batik tidak hanya dalam bentuk kunjungan, tetapi juga berupa fasilitasi pameran dan promosi. Galeri batik milik Wiwin pernah difasilitasi untuk mengikuti pameran di Jakarta Convention Center (JCC) dan beberapa agenda promosi yang melibatkan Kementerian Perindustrian. Hal ini membuka kesempatan lebih luas untuk memperkenalkan batik Pilang ke pasar nasional dan internasional.
Batik dari Desa Pilang bahkan telah menarik perhatian pembeli dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Belanda. Mereka datang langsung ke galeri untuk memilih motif dan melihat proses pembuatan batik secara manual.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait
