NGAWI, iNewsSragen.id - Seorang lansia bernama Kilah ( 90 ) terpaksa bertahan hidup dan bermukim di rumah reyot pinggiran hutan, di Desa Ploso, Kecamatan Kendal.
Kondisi tempat tinggalnya sangat memprihatinkan. Dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu dengan atap genteng tua yang sering bocor saat hujan tiba. Tiang penyangga rumah, yang merupakan perpaduan kayu dan bambu, tampak sudah "mleyot" (melengkung) dan hampir ambruk. Untuk mencegahnya roboh, satu sisi dinding bahkan terpaksa ditopang dengan penyangga darurat.
Ia tinggal di rumah reyot itu bersama cucunya Wahyu Dwi Agus Saputra (25), yang menjadi tulang punggung kehidupanya selama ini sebagai kuli pemasangan terop hajatan warga.
Ironisnya, lahan yang mereka tempati juga bukan miliknya sendiri, melainkan milik orang lain dengan status menumpang.
"Kami menumpang tinggal disini bertahun tahun apalagi Mbah Kilah sudah lebih dahulu bahkan bisa disebut puluhan tahun," kata Wahyu bercerita kondisi mereka," kata Wahyu , ( 13/11).
"Kami makan dengan hasil uang saya dan kiriman dari para saudara jauh," ungkap Wahyu kepada wartawan.
Editor : Joko Piroso
