Mereka merupakan rekan seperguruan ayah korban yang hendak menuntut tanggung jawab pengelola dan meminta agar tambang ditutup. Hal itu dilakukan sebagai bentuk empati dan dukungan agar insiden itu diusut tuntas melalui proses hukum.
Dari sebuah rekaman video yang beredar di grup WhatsApp, sejumlah warga pada, Kamis (29/12/2022) malam, menghadang truk yang membawa alat berat meninggalkan lokasi tambang.
Warga meminta agar alat berat yang digunakan mengeruk tanah urug di area penambangan itu, supaya diturunkan kembali. Alat berat tidak boleh keluar dari area tambang sebelum persoalan dengan pihak keluarga selesai. Selain itu, warga juga menuntut agar lubang genangan diratakan kembali.
Camat Polokarto, Heri Mulyadi, saat dikonfirmasi membenarkan adanya penghadangan truk yang akan berjalan membawa alat berat dari lokasi tambang tersebut.
"Alat berat diturunkan lagi, warga minta bekas galian C itu diratakan kembali agar tidak membahayakan. Untuk aktivitas galian C sudah jelas ditutup," kata Heri melalui sambungan telepon, Jum'at (30/12/2022).
Menurut Heri, lubang bekas galian yang masih terdapat genangan air itu kalau dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan akan membahayakan warga, khususnya anak-anak.
"Nanti alat berat itu akan meratakan tanah di bekas galian. Jadi saat ini masih disana (lokasi tambang-Red)," ungkapnya.
Menyinggung tentang tanggung jawab pengelola tambang dengan pihak keluarga korban, Heri menyebut akan diselesaikan melalui pertemuan mediasi. Namun untuk kepastian waktunya belum dapat disampaikan
"Untuk masalah dengan pihak keluarga, akan diselesaikan di Polsek Polokarto dengan pihak pengelola tambang. Informasinya hari ini (Jum'at), tapi nggak jadi," pungkas Heri.
Editor : Joko Piroso